Senin, 29 April 2013

BAYI CUKUP BULAN BESAR MASA KEHAMILAN



KATA PENGANTAR

       Puji dan syukur Penulis ucapkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya,Penulis dapat menyelesaikam makalah ini.Didalam makalah ini penulis sudah berupaya semampu penulis,namun apabila ada kekurangan dan kesalahan baik dari segi isi maupan bahasanya,penulis mengharapkan adanya masukan dan saran perbaikan dan kesempurnaan makalah ini didalam hal ini penulis mengambil judul BAYI CUKUP BULAN BESAR MASA KEHAMILAN”
      Penulisan makalah ini tidak lepas dan bantuan,bimbingan baik moril maupun material dan dukungan dari berbagai pihak,maka dengan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada dr.Polin Simanjuntak,SpA selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa,Semoga ilmu yang diperoleh berguna bagi Nusa,bangsa dan Agama.


Tebing Tinggi,  10 Oktober 2012

                                                                Penulis







BAYI CUKUP BULAN BESAR MASA KEHAMILAN
1.1Kehamilan
        Kehamilan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir pada saat permulaan persalinan (Sarwono, 2007). Menurut Sylviati (2008) lama kehamilan berlangsung sampai persalinan aterm adalah 259-293 hari dengan perhitungan sebagai berikut:
a. Bayi kurang bulan jika dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu (< 259 hari).
b. Bayi cukup bulan jika dilahirkan dengan masa gestasi 37- 42 minggu.
c. Bayi lebih bulan jika bayi dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu (> 294 hari).

Menurut Sarwono (2007) ditinjau dari tuanya kehamilan. kehamilan terbagi atas 3 trimester yaitu :
a. Kehamilan trimester I antara 0-12 minggu
b. Kehamilan trimester II antara 12-28 minggu
c. Kehamilan trimester III antara 28-40 minggu

        Dalam trimester pertama organ-organ mulai dibentuk. Trimester kedua organ telah dibentuk, tetapi belum sempurna dan viabilitas janin masih diragukan. Sementara janin yang dilahirkan pada trimester terakhir telah viable (dapat hidup).
Bila hasil konsepsi dikeluarkan dari kavum uteri pada kehamilan dibawah 20 minggu disebut abortus (keguguran). Bila hal tersebut terjadi dibawah 36 minggu disebut partus prematur. Kelahiran dari 38 minggu sampai 40 minggu disebut partus aterm (Sarwono, 2007).
        Tanda pasti kehamilan dapat dilihat dari gejala dan tanda yang dirasakan oleh ibu seperti amenorrhea, nausea, emesis, anoreksia dan juga gerakan janin yang sudah mulai terasa pada kehamilan 18 minggu. Tetapi juga dapat dipastikan dengan menggunakan ultrasonografi (Sarwono, 2007).

1.2. Berat Bayi Lahir

        Berat badan adalah suatu indikator kesehatan bayi baru lahir. Rata-rata berat bayi normal (gestasi 37-41 minggu) adalah 3000-3600 gram. Berat badan ini tergantung juga dari ras, status ekonomi orang tua, ukuran orang tua, dan paritas ibu . Secara umum berat bayi lahir rendah dan berat bayi lahir berlebih lebih besar resikonya untuk mengalami masalah (Sylviati, 2008).
        Masa gestasi juga merupakan indikasi kesejahteraan bayi baru lahir karena semakin cukup masa gestasi semakin baik kesejahteraan bayi. Konsep berat bayi lahir rendah tidak sama dengan prematuritas karena tidak semua berat bayi lahir rendah lahir dengan kurang bulan (Sylviati, 2008).
        Hubungan antara umur kehamilan dengan berat bayi lahir mencerminkan kecukupan pertumbuhan intrauterine. Penentuan hubungan ini akan memperbudah morbiditas dan mortalitas bayi. Menurut hubungan berat lahir/umur kehamilan maka berat bayi lahir dikelompokkan menjadi Sesuai Masa Kehamilan (SMK), Kecil Masa Kehamilan (KMK) dan Besar Masa Kehamilan (BMK).
Klasifikasi bayi menurut masa gestasi dan umur kehamilan adalah bayi kurang bulan, bayi cukup bulan dan bayi lebih bulan. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam jangka waktu 1 jam pertama setelah lahir. Klasifikasi menurut berat lahir adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) yaitu berat lahir < 2500 gram, bayi berat lahir normal dengan berat lahir 2500-4000 gram dan bayi berat lahir lebih dengan berat badan > 4000 gram (Sylviati, 2008).
        Klasifikasi bayi menurut umur kehamilan dibagi dalam 3 kelompok yaitu bayi kurang bulan adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari), bayi cukup bulan adalah bayi dengan masa kehamilan dari 37 minggu
Universitas Sumatera Utara
sampai dengan 42 minggu (259 -293 hari), dan bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih (Sylviati, 2008).
        Dari pengertian di atas maka bayi dengan BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu Prematur murni dan Dismaturitas.
1. Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan, atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan. Penyebabnya berasal dari berbagai faktor ibu, faktor janin maupun faktor lingkungan.
2. Dismaturitas atau kecil untuk masa kehamilan adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan sesungguhnya untuk masa kehamilan. Hal ini karena janin mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilan (KMK).

        Bayi berat lahir rendah merupakan masalah penting dalam pengelolaannya karena mempunyai kecenderungan ke arah peningkatan terjadinya infeksi, kesukaran mengatur nafas tubuh sehingga mudah untuk menderita hipotermia. Selain itu bayi dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) mudah terserang komplikasi tertentu seperti ikterus, hipoglikemia yang dapat menyebabkan kematian. Kelompok bayi berat lahir rendah yang dapat di istilahkan dengan kelompok resiko tinggi, karena pada bayi berat lahir rendah menunjukan angka kematian dan kesehatan yang lebih tinggi dengan berat bayi lahir cukup.

1. 3 Faktor-faktor yang mempengaruhi berat bayi lahir

Berat badan lahir merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor melalui suatu proses yang berlangsung selama berada dalam kandungan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir adalah sebagai berikut :
1. Faktor Lingkungan Internal yaitu meliputi umur ibu, jarak kelahiran, paritas, kadar hemoglobin, status gizi ibu hamil, pemeriksaan kehamilan, dan penyakit pada saat kehamilan.

2. Faktor Lingkungan Eksternal yaitu meliputi kondisi lingkungan, asupan zat gizi dan tingkat sosial ekonomi ibu hamil.
3. Faktor penggunaan sarana kesehatan yang berhubungan frekuensi pemeriksaan kehamilan atau antenatal care (ANC).

Faktor yang secara langsung atau internal mempengaruhi berat bayi lahir antara lain sebagai berikut :
1. Usia Ibu hamil

        Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir. Kehamilan dibawah umur 16 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi, 2-4 kali lebih tinggi di bandingkan dengan kehamilan pada wanita yang cukup umur. Pada umur yang masih muda, perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi fisiologinya belum optimal. Selain itu emosi dan kejiwaannya belum cukup matang, sehingga pada saat kehamilan ibu tersebut belum dapat menanggapi kehamilannya secara sempurna dan sering terjadi komplikasi. Selain itu semakin muda usia ibu hamil, maka akan terjadi bahaya bayi lahir kurang bulan, perdarahan dan bayi lahir ringan (Poedji Rochjati, 2003).
Meski kehamilan dibawah umur sangat berisiko tetapi kehamilan diatas usia 35 tahun juga tidak dianjurkan karena sangat berbahaya. Mengingat mulai usia ini sering muncul penyakit seperti hipertensi, tumor jinak peranakan, organ kandungan sudah menua dan jalan lahir telah kaku. Kesulitan dan bahaya yang akan terjadi pada kehamilan diatas usia 35 tahun ini adalah preeklamsia, ketuban pecah dini, perdarahan, persalinan tidak lancar dan berat bayi lahir rendah (Poedji Rochjati, 2003).




2. Jarak Kehamilan/Kelahiran

        Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan koordinasi keluarga berencana (BKKBN) jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun atau lebih, kerena jarak kelahiran yang pendek akan menyebabkan seorang ibu belum cukup untuk memulihkan kondisi tubuhnya setelah melahirkan sebelumnya. Ini merupakan
Universitas Sumatera Utara
salah satu faktor penyebab kelemahan dan kematian ibu serta bayi yang dilahirkan. Risiko proses reproduksi dapat ditekan apabila jarak minimal antara kelahiran 2 tahun (Poedji Rochjati, 2003).

3. Paritas
        Paritas secara luas mencakup gravida/jumlah kehamilan, prematur/jumlah kelahiran, dan abortus/jumlah keguguran. Sedang dalam arti khusus yaitu jumlah atau banyaknya anak yang dilahirkan. Paritas dikatakan tinggi bila seorang ibu/wanita melahirkan anak ke empat atau lebih. Seorang wanita yang sudah mempunyai tiga anak dan terjadi kehamilan lagi keadaan kesehatannya akan mulai menurun, sering mengalami kurang darah (anemia), terjadi perdarahan lewat jalan lahir dan letak bayi sungsang ataupun melintang.

4. Kadar Hemoglobin (Hb)
        Kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil sangat mempengaruhi berat bayi yang dilahirkan. Menurut Sarwono (2007), seorang ibu hamil dikatakan menderita anemia bila kadar hemoglobinnya dibawah 12 gr/dl. Data Depkes RI (2008) diketahui bahwa 24,5% ibu hamil menderita anemia. Anemia pada ibu hamil akan menambah risiko mendapatkan bayi berat lahir rendah (BBLR), risiko perdarahan sebelum dan pada saat persalinan, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan bayinya, jika ibu hamil tersebut menderita anemia berat (Depkes RI, 2008). Hal ini disebabkan karena kurangnya suplai darah nutrisi akan oksigen pada plasenta yang akan berpengaruh pada fungsi plasenta terhadap janin.

5. Status Gizi Ibu Hamil
        Menurut Sunita Almatsier (2004), status gizi dapat diartikan sebagai keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Berdasarkan pengertian diatas status gizi ibu hamil berarti keadaan sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi sewaktu hamil. Status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung (Solihin Pudjiadi, 2003).
        Selain itu gizi ibu hamil menentukan berat bayi yang dilahirkan, maka pemantauan gizi ibu hamil sangatlah penting dilakukan. Pengukuran antropometri merupakan salah satu cara untuk menilai status gizi ibu hamil. Ukuran antropometri ibu hamil yang paling sering digunakan adalah kenaikan berat badan ibu hamil dan ukuran lingkar lengan atas (LLA) selama kehamilan (Riskesdas, 2007).
Sebagai ukuran sekaligus pengawasan bagi kecukupan gizi ibu hamil bisa di lihat dari kenaikan berat badannya. Ibu yang kurus dan selama kehamilan disertai penambahan berat badan yang rendah atau turun sampai 10 kg, mempunyai resiko paling tinggi untuk melahirkan bayi dengan BBLR. Sehingga ibu hamil harus mengalami kenaikan berat badan berkisar 11-12,5 Kg atau 20% dari berat badan sebelum hamil (Depkes RI, 2008).
Sedang Lingkar Lengan Atas (LLA) adalah antropometri yang dapat menggambarkan keadaan status gizi ibu hamil dan untuk mengetahui resiko Kekurangan Energi Kalori (KEK) atau gizi kurang. Ibu yang memiliki ukuran Lingkar Lengan Atas (LLA) di bawah 23,5 cm berisiko melahirkan bayi BBLR (Depkes RI, 2008). Pengukuran LLA lebih praktis untuk mengetahui status gizi ibu hamil karena alat ukurnya sederhana dan mudah dibawa kemana saja, dan dapat dipakai untuk ibu dengan kenaikan berat badan yang ekstrim.
6. Pemeriksaan Kehamilan

Pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk mengenal dan mengidentifikasi masalah yang timbul selama kehamilan, sehingga kesehatan selama ibu hamil dapat terpelihara dan yang terpenting ibu dan bayi dalam kandungan akan baik dan sehat sampai saat persalinan. Pemeriksaan kehamilan dilakukan agar kita dapat segera mengetahui apabila terjadi gangguan / kelainan pada ibu hamil dan bayi yang dikandung, sehingga dapat segera ditolong tenaga kesehatan (Depkes RI, 2008).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Sarwono (2007) pemeriksaan kehamilan dilakukan setelah terlambat haid sekurang-kurangnya 1 bulan, dan setelah kehamilan harus dilakukan pemeriksaan secara berkala, yaitu :
a. Setiap 4 minggu sekali selama kehamilan 28 minggu
b. Setiap 2 minggu sekali selama kehamilan 28 – 36 minggu
c. Setiap minggu atau satu kali seminggu selama kehamilan 36 minggu sampai masa melahirkan.

Selain dari waktu yang telah ditentukan di atas ibu harus memeriksakan diri apabila terdapat keluhan lain yang merupakan kelainan yang ditemukan.
7. Penyakit Saat Kehamilan

Penyakit pada saat kehamilan yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir diantaranya adalah Diabetes melitus (DM), cacar air, dan penyakit infeksi TORCH(Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes). Penyakit DM adalah suatu penyakit dimana badan tidak sanggup menggunakan gula sebagaimana mestinya, penyebabnya adalah pankreas tidak cukup memproduksi insulin/tidak dapat menggunakan insulin yang ada. Bahaya yang timbul akibat DM diantaranya adalah bagi ibu hamil bisa mengalami keguguran, persalinan prematur, bayi lahir mati, bayi mati setelah lahir (kematian perinatal) karena bayi yang dilahirkan terlalu besar lebih dari 4000 gram dan kelainan bawaan pada bayi (Poedji Rochjati, 2003).
Penyakit infeksi TORCH adalah suatu istilah jenis penyakit infeksi yaitu Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakit ini sama bahayanya bagi ibu hamil yaitu dapat menganggu janin yang dikandungnya. Bayi yang dikandung tersebut mungkin akan terkena katarak mata, tuli, Hypoplasia (gangguan pertumbuhan organ tubuh seperti jantung, paru-paru, dan limpa). Bisa juga mengakibatkan berat bayi tidak normal, keterbelakangan mental, hepatitis, radang selaput otak, radang iris mata, dan beberapa jenis penyakit lainnya (Sarwono, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Faktor-faktor yang mempengaruhi berat bayi lahir secara tidak langsung/eksternal dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Faktor lingkungan yang meliputi kebersihan dan kesehatan lingkungan serta ketinggian tempat tinggal.
2. Faktor ekonomi dan sosial meliputi jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu hamil.

1.4. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil

        Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu (Sarwono, 2007). Sehingga kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna.
        Bagi ibu hamil, pada dasarnya semua zat gizi memerlukan tambahan, namun yang seringkali menjadi kekurangan adalah energi protein dan beberapa mineral seperti zat besi dan kalsium. Kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal perlu tambahan kira-kira 80.000 kalori selama masa kurang lebih 280 hari. Hal ini berarti perlu tambahan ekstra sebanyak kurang lebih 300 kalori setiap hari selama hamil (Budianto, 2009).
        Energi yang terkandung dalam protein ditaksir sebanyak 5180 kkal, dan lemak 36.337 Kkal. Agar energi ini bisa ditabung masih dibutuhkan tambahan energi sebanyak 26.244 Kkal, yang digunakan untuk mengubah energi yang terikat dalam makanan menjadi energi yang bisa dimetabolisir. Dengan demikian jumlah total energi yang harus tersedia selama kehamilan adalah 74.537 Kkal, dibulatkan menjadi 80.000 Kkal. Untuk memperoleh besaran energi per hari, hasil penjumlahan ini kemudian dibagi dengan angka 250 (perkiraaan lamanya kehamilan dalam hari) sehingga diperoleh angka 300 Kkal (Budianto, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Kebutuhan energi pada trimester I menjadi 2140 kalori, pada trimester II meningkat menjadi 2200 dan pada trimester III mengalami penurunan yaitu 2020 kalori. Begitu juga dengan protein yaitu trimester I adalah 75 gram, trimester II adalah 75 gram dan trimester III adalah 70 gram. Zat besi dan mineral lainnya juga mengalami penurunan jumlah asupan setelah trimester III (Budianto, 2009).
        Wanita hamil harus sering makan agar memenuhi kebutuhan gizi yang meningkat. Makanan ini harus terdiri dari empat kelompok makanan utama. Kalori harus cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan anabolok ibu dan janin, dengan 1,3 gram protein per kilogram berat badan, 35 sampai 40 persen dari keseluruhan kalori sebagai lemak, dan sisanya sebagai karbohidrat. Kebutuhan vitamin dapat dipenuhi dengan memilih makanan secara bijaksana (Budianto, 2009).
        Dengan demikian dalam satu hari asupan protein dapat mencapai 75-100 g (sekitar 12 % dari jumlah total kalori); atau sekitar 1,3 g/kgBB/hari (gravida mature), 1,5 g/kg BB/hari (usia 15-18 tahun), dan 1,7 g/kg BB/hari (di bawah 15 tahun). Bahan pangan yang dijadikan sumber protein sebaiknya (2/3 bagian) pangan yang bernilai biologi tinggi, seperti daging tak berlemak, ikan, telur, susu dan hasil olahannya. Protein yang berasal dari tumbuhan (nilai biologinya rendah) cukup 1/3 bagian (Budianto, 2009).
        Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan Fe atau Zat Besi. Jumlah Fe pada bayi baru lahir kira-kira 300 mg dan jumlah yang diperlukan ibu untuk mencegah anemia akibat meningkatnya volume darah adalah 500 mg. Selama kehamilan seorang ibu hamil menyimpan zat besi kurang lebih 1.000 mg termasuk untuk keperluan janin, plasenta dan hemoglobin ibu sendiri. Makanan rata-rata hanya memberikan sekitar sekitar 200-300 mg dari total 1000 mg yang diperlukan. Jadi wanita hamil memerlukan tambahan besi dalam jumlah 30-60 mg sehari (Budianto, 2009).
        Menurut I Dewa Nyoman Supariasa (2002) ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui status gizi ibu hamil antara lain memantau pertambahan berat badan selama hamil, mengukur Lingkar Lengan Atas (LLA), dan mengukur kadar Hb. Pertambahan berat badan selama hamil sekitar 10 – 12 kg, dimana pada trimester I pertambahan kurang dari 1 kg, trimester II sekitar 3 kg, dan trimester III sekitar 6 kg. Pertambahan berat badan ini juga sekaligus bertujuan memantau pertumbuhan janin. Pengukuran LILA dimaksudkan untuk mengetahui apakah seseorang menderita Kurang Energi Kronis (KEK), sedangkan pengukuran kadar Hb untuk mengetahui kondisi ibu apakah menderita anemia gizi
1.4.2. Lingkar Lengan Atas

        Antropometri yang paling sering digunakan untuk menilai status gizi yaitu LLA (Lingkar Lengan Atas). Pengukuran LLA adalah salah satu cara untuk mengetahui resiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada Wanita Usia Subur (WUS). Tujuan pengukuran LLA mencakup masalah WUS baik ibu hamil maupun calon ibu, masyarakat umum dan peran petugas lintas sektoral (Depkes RI, 2008). Adapun tujuan tersebut adalah :
1. Mengetahui resiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu, untuk menepis wanita yang mempunyai resiko melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
2. Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih berperan dalam pencegahan dan penanggulangan KEK.
3. Mengembangkan gagasan baru dikalangan masyarakat dengan tujuan peningkatan kesejahteraan ibu dan anak
4. Meningkatkan peran petugas lintas sektoral dalam upaya perbaikan gizi WUS yang menderita KEK.
5. Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang menderita KEK.

        Ambang batas LLA WUS dengan resiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila ukuran LLA kurang 23,5 cm artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). BBLR mempunyai resiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan anak (I Dewa Nyoman, 2002).
1.4.3. Pengaruh Gizi Kurang pada Ibu Hamil

        Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah, baik pada ibu maupun janin, seperti diuraikan berikut ini.
1. Terhadap Ibu

Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara lain: anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi.
2. Terhadap Persalinan

Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (prematur), pendarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat (Poedji Rochjati).
3. Terhadap Janin

Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah (Nelson, 2000).
Universitas Sumatera


Besar Untuk Masa Kehamilan (BMK, LGA, Large for Gestational Age)
DEFINISI
        Seorang bayi baru lahir (apakah prematur, matur atau post-matur) yang lebih besar dibandingkan dengan umur kehamilannya dikatakan sebagai Besar Untuk Masa Kehamlan (BMK, LGA, Large for Gestational Age).

PENYEBAB
        Penyebab utama dari bayi yang sangat besar adalah diabetes yang diderita oleh ibunya selama kehamilan. Gula di dalam darah ibu melewati plasenta; sebagai respon terhadap tingginya kadar gula, maka pankreas janin menghasilkan sejumlah besar insulin. Hal ini menyebabkan janin tumbuh sangat besar. Semakin jelek pengontrolan tehadap diabetes ibu, semakin besar bayi yang akan dilahirkan nanti.

GEJALA
        Ukuran bayi yang sangat besar bisa menyebabkan kesulitan dalam persalinan melalui vagina, sehingga kemungkinan terjadinya cedera semakin besar. Karena itu, bayi BMK biasanya harus dilahirkan melalui operasi sesar.

        Pada saat lahir, ketika tali pusar dipotong, gula dari ibu tiba-tiba berhenti mengalir ke janin, tetapi kadar insulin janin tetap tinggi. Kadar gula darah janin akan segera turun sehingga terjadi hipoglikemia dalam waktu 1-2 jam setelah bayi dilahirkan. Mungkin tidak akan tampak gejala-gejala dari hipoglikemia atau mungkin bayi akan tampak gelisah, kesadarannya menurun atau mengantuk, tidak mau menyusu dan bahkan ada yang sampai kejang.

        Bayi yang lahir dari ibu yang menderita diabetes memiliki jumlah sel darah merah yang tinggi. Karena itu mereka cenderung memiliki kadar bilirubin yang tinggi, yang menyebabkan terjadinya jaundice. Keadaan ini bisa diatasi dengan fototerapi atau kadang dilakukan transfusi ganti. Bayi dari ibu yang menderita
diabetes cenderung memiliki paru-paru yang belum matang dan menderita sindroma gawat pernafasan, meskipun tidak lahir prematur.




























PENUTUP

         Kehamilan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir pada saat permulaan persalinan (Sarwono, 2007). Menurut Sylviati (2008) lama kehamilan berlangsung sampai persalinan aterm adalah 259-293 hari dengan perhitungan sebagai berikut:
a. Bayi kurang bulan jika dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu (< 259 hari).
b. Bayi cukup bulan jika dilahirkan dengan masa gestasi 37- 42 minggu.
c. Bayi lebih bulan jika bayi dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu (> 294 hari).

Menurut Sarwono (2007) ditinjau dari tuanya kehamilan. kehamilan terbagi atas 3 trimester yaitu :
a. Kehamilan trimester I antara 0-12 minggu
b. Kehamilan trimester II antara 12-28 minggu
c. Kehamilan trimester III antara 28-40 minggu

Dalam trimester pertama organ-organ mulai dibentuk. Trimester kedua organ telah dibentuk, tetapi belum sempurna dan viabilitas janin masih diragukan. Sementara janin yang dilahirkan pada trimester terakhir telah viable (dapat hidup).
Bila hasil konsepsi dikeluarkan dari kavum uteri pada kehamilan dibawah 20 minggu disebut abortus (keguguran). Bila hal tersebut terjadi dibawah 36 minggu disebut partus prematur. Kelahiran dari 38 minggu sampai 40 minggu disebut partus aterm (Sarwono, 2007).





ADAPTASI FISIOLOGIS BAYI BARU LAHIR - ASKEB II


ASKEB II

ADAPTASI FISIOLGIS BBL



BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG MASALAH

        Saat-saat dan jam pertama kehidupan di luar rahim merupakan salah satu siklus kehidupan. Pada saat bayi dilahirkan beralih ketergantungan pada ibu menuju kemandirian fisiologi. Proses perubahan yang komplek ini dikenal sebagai periode transisi. Bidan harus selalu berupaya untuk mengetahui periode transisi ini berlangsung sangat cepat. Adaftasi fisiologis BBL adalah sangat berguna bagi bayi untuk menjaga kelangsungan hidupnya diluar uterus. Artinya nantinya bayi harus dapat melaksanakan sendiri segala kegiatan untuk mempertahankan kehidupannya. Dalam hal ini yang sangat perlu diperhatikan adalah bagaimana upaya untuk menjaga agar bayi tetap terjaga kesehatannya. Yang utama adalah menjaga bayi agar tetap hangat, mampu melakukan pernafasan dengan spontan dan bayi menyusu sendiri pada ibunya.

B. RUMUSAN MASALAH

1.      Menjelaskan bagaimana asuhan bayi baru lahir

2.      Menjelaskan bagaimana adaptasi bayi baru lahir terhadap keadaan diluar uterus

C.  TUJUAN

Makalah ini dibuat dengan tujuan :

1.      Memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan 2

2.      Mahasiswa diharapkan dapat mengerti asuhan bayi baru lahir dan mengerti perubahan bayi baru lahir terhadap keadaan diluar uterus

BAB II

ISI

ASUHAN BAYI SEGERA SETELAH LAHIR

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkp5eXw7GvaXFNYjxiOGzgxZef2yv5b8Y92V6cR0HXh03Chxg9sEg7MCFLMP4JcArbc32usEPv9NTC1FVRM7ItUlfDMvnr-mOfS48sN72CMHLod9JTN3xxXf3yHtGldNX4g6EWOmpW5aMe/s1600/wudel-hikaru1.jpg            Keadaan bayi sangat tergantung pada pertumbuhan janin didalam uterus, kualitas pengawasan antenatal, penyakit-penyakit ibu, dan penanganan persalinan. Penanggulangan bayi tergantung pada keadaannya, apakah ia normal atau tidak. Diantara bayi yang tidak normal ada yang membutuhkan pertolongan segera (high risk baby = bayi gawat), seperti asfiksia, perdarahan dan lain-lain. Ada pula yang memelukan pertolongan segera, seperti labioskisis, sindaktilia, dan lain-lain.

            Pada umumnya kelahiran bayi normal cukup dihadiri oleh bidan yang dapat diberi tanggung jawab penuh terhadap keselamatan ibu dan bayi pada persalinan normal. Oleh karena kelainan pada perut ibu dan pada bayi dapat terjadi beberpa saat sesudah selesainya persalinan yang dianggap normal, maka seorang bidan harus mengetahui perubahan-perubahan pada ibu dan bayi dan bila perlu, memberikan pertolongan pertama seperti menghentikan perdarahan, membersihkan jalan nafas, memberikan oksigen, dan melakukanpernafasan buatan sampai bayi dan ibu tersebut dilihat oleh seorang dokter atau dibawa ke Rumah Sakit yang memiliki perlengkapan serta perawatan yang baik, sehingga pengawasan dan pengobatan dapat dilakukan sebaik-baiknya. Cara paling baik membawa bayi sakit ialah meletakkannya tanpa baju didalam inkubator yang diatur sedemikian rupa, sehingga bayi dapat mempertahankan suhu tubuhnya sekitar 36-37ºC. Inkubator itu dilengkapi dengan penghisap lendir, oksigen, resusitator, dan lain-lain. Dengan demikian perubahan-perubahan yang setiap saat dapat terjadi pada bayi, seperti apnea, sianosis, kejang, dan lain-lain dapat diketahui dengan segera dan dapat diberi pertolongan yang tepat pada waktunya.

Perawatan segera setelah bayi lahir

1.      Persediaan alat-alat dikamar bersalin

a)      alat penghisap lendir (mucus ekstraktor)

b)      tabung oksigen dengan alat pemberian oksigen kepada bayi

c)      untuk menjaga kemungkinan terjadinya asfiksia perlu disediakan laringoskop kecil, masker muka kecil, kanula trakea, ventilator kecil untuk pernafasan buatan. Selain itu disediakan pula obat-obat seperti larutan glukosa 40%, larutan bikarbonas natrikus 7,5% dengan alat suntiknya, dan nalorfin sebagai antidotum terhadap obat-obat berasal dari morfinatau petidin yang mungkin diberikan pada ibu selama persalinan dan yang dapat mengakibatkan penekanan pernafasan pada bayi.

d)     Alat pemotong dan pegikat tali pusat serta obat antiseptik dan kain kassa steril untuk merawat tali-pusat.

e)      Tanda pengenal bayi yang sama dengan ibu.

f)       Tempat tidur bayi atau inkubator yang selalu dalam keadaan hangat, steril dan dilengkapi dengan kain atau selimut katun. Hal ini penting untuk mencegah bayi kehilangan panas pada waktu dipindah dari kamar bersalin ketempat perawatan.

g)      Lain-lain : kapas, kain kassa, serta obat antiseptik yang akan dipakai sebelum menolong bayi yang akan lahir

h)      Stopwatch dan termometer

i)        Bila kamar dingin oleh karena udara didaerah tersebut dingin, atau oleh karena pemakaian alat pendingin, sebaiknya alat untuk resusitasi diberi pemanasan khusus, supaya bayi tidak menderita trauma dingin (cold injury), suhu ruangan yang cukup baik untuk bayi adalah 30ºC.

        Sebelum bayi lahir semua hal diatas harus diperiksa apakah sudah steril, apakah semua alat lengkap, dan apakah ada yang macet. Tindakan umum pada semua bayi dikamar bersalin harus aseptik dan antiseptik, suhu lingkungan harus diatur dan jalan nafas harus selalu bebas.





2.      Pertolongan pada saat bayi baru lahir

        Penanganan bayi dilakukan sejak kepala mulai keluar dari jalan lahir, yaitu dengan melakukan pembersihan lendir serta cairan yang berada disekitar mulut dan hidung dengan kapas atau kain kassa steril. Kemudian kedua kelopak matanya dibersihkan dengan kapas atau kain kassa steril satu demi satu, dimulai dari dalam keluar. Sesudah bayi lahir lengkap, segera dicatat dengan jam waktu (stopwatch). Kemudian kedua kaki bayi dipegang dengan satu tangan sedangkan tangan yang lain memegang kepala bayi yang lebih rendah daripada kaki dengan posisinya dalam ekstensi sedikit untuk memungkinkan cairan atau lendir mengalir keluar dari trakea dan farings. Sementara itu seorang membantu menghisap lendir dan cairan dengan alat penghisap lendir.

        Bayi sehat akan menangis dalam waktu 30 detik, tidak perlu dilakukan apa-apa lagi oleh karena bayi mulai bernafas dan warna kulitnya kemerah-merahan. Kemudian bayi diletakkan mendatar kira-kira sama tingginya dengan atau sedikit dibawah introitus vagina. Bila bayi masih belum bersih dari cairan dan lendir, penghisapan lendir diteruskan, mula-mula dari mulut, kemudian dari lubang hidung, supaya jalan nafas babas dan bayi bernafas sebebas-bebasnya.

3.      Penilaian bayi waktu lahir

        Keadan umum bayi dinilai 1 menit setelah lahir dengan penggunaan nilai Apgar. Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak. Yang dinilai ialah frekuensi jantung (heart rate), usaha nafas (respiratory effort), tonus otot (muscle tone), warna kulit (color skin) dan reaksi terhadap rangsangan (respons to stimuly), yaitu dengan memasukkan kateter ke lubang hidung setelah jalan nafas dibersihkan. Setiap penilaian diberi angka 0, 1, dan 2  sampai dengan10.

        Bila nilai Apgar dalam 2 menit tidak mencapai nilai 7, maka harus dilakukan tindakan resusitasi lebih lanjut oleh karena bila bayi menderita asfiksia lebih dari 5 menit, kemungkinan terjadinya gejala-gejala neuroligik lanjutan dikemudian hari lebih besar. Berhubungan dengan itu, penilaian menurut Apgar dilakukan selain pada umur 1 menit juga pada umur 5 menit.

4.      Identifikasi bayi

        Identifikasi dilakukan segera setelah bayi lahir dan ibu masih berdekatan dengan bayinya dikamar bersalin. Sebagian negara mengambil tanda pengenal bayi dari cap jari atau telapak kaki. Akan tetapi pada umumnya tanda pengenal berupa secarik kertas putih atau berwarna merah atau biru(tergantung pada jenis kelamin bayi) dan disitu ditulis nama keluarga (terutama di negara barat ; di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo ditulis nama ibu), tanggal, dan jam lahir bayi. Kertas ini dimasukkan kedalamkantong plastik yang dengan pita diikatkan pada pergelangan tangan atau kaki bayi. Keterangan yang sama diikatkan pada pergelangan tangan ibu. Pemasangan pita perlu dilakukan sedemikian rupa sehingga hanya bisa lepas jika digunting. Cara lain ialah memakai dua potong logam yang tipis dengan pinggiran yang tumpul, dan pada lemping tiap-tiap logam ditera angka yang sama, misalnya 343 pada logam yang satu dan 343 pada logam yang lain. Logam yang satu diikatkan pada pergelangan tangan bayi dan yang lain pada ibu (logam mempunyai lubang dipinggirnya untuk memasukkan benang sebagai pengikat).

        Diperiksa juga genitalia eksterna bayi untuk mengetahui jenis kelaminnya. Pada bayi laki-laki perlu diperiksa apakah ada fimosis atau tidak ; apabila ada sebaiknya dilakukan penyunatan (circumsission). Begitu pula ditentukan apakah desensus vestikulorum sudah lengkap.

        Bila ibu sadar bayinya diperlihatkan kepadanya dn diteliti apakah tanda pengenal bayi sama dengan tanda pengenal ibu. Bila ibu tidak sadar, bayi tersebut diperlihatkan kepada ayah atau keluarganya yang menunguinya. Hal ini perlu untuk mencegah terjadinya kekeliruan dikemudian hari (Prawirodihardjo, 2002, 214-217).

5.      Perawatan tali pusat

        Puntung tali pusat yang sudah diikat dibungkus dengan kassa kering DTT atau steril, dan pastikan agar tetap kering.

        Pemakaian alkohol ataupun betadine untuk perawatan tali pusat bisa diberikan atau diperkenankan sepanjang tidak menyebabkan kondisi tali pusat basah atau lembab, sehingga tidak menimbulkan pelepasan panas dari tubuh bayi (DEPKES, 2003, hal.5-2).

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHgIJ9YdbRSLv66ZNEvfT6Ldx3dizx4HJv7ilYdtM5mFW07pbjafMS15TpRr4j29IRF08YxSkMa_wM-hhbyqFvg2t1kHRbUzpLYwnpFwSztEkgYG8GNXNwLepwDgiam7VPT4ZfvZvXwQG-/s1600/umbilikus%5B4%5D.jpg



6.      Pemeriksaan pertama

        Pemeriksaan ini dilakukan dikamar bersalin untuk menentukan jenis kelamin, kelainan bentuk atau cacat bawaan, serta membuat diagnosis penyakit yang terdapat pada bayi sedini-dininya, supaya dapat dilakukan tindakan secepat-cepatnya. Misalnya bayi yang memerlukan pengobatan dengan segera ialah bayi dengan asfiksia, dengan pnemonia karena aspirasi, dengan gawat jantung, dengan perdarahan dan sebagainya.

7.      Status

        Sebelum bayi dipindah ke bangsal, status bayi harus dilengkapi dengan riwayat perawatan antenatal, riwayat persalinan termasuk obat-obat yang diberikan pada waktu persalinan, jenis persalinan, jumlah, warna dan bau air ketuban, bentuk warna dan panjang tali pusat, bentuk, besar dan berat plasenta, serta keadaan bayi waktu lahir (nilai Apgar, resusitasi yang dilakukan, obat yang diberikan) (Prawirodihardjo, 2002, hal.218).

ADAPTASI BAYI BARU LAHIR TERHADAP KEHIDUPAN DI LUAR UTERUS

        Setelah lahir, bayi baru lahir harus beradaptasi dari keadaan yang sangat bergantung menjadi mandiri secara fisiologis. Saat ini bayi  tersebut harus  mendapat oksigen melalui system sirkulasi pernafasan sendiri yang baru,mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula darah yang cukup, mengatur suhu tubuh, dan melawan setiap penyakit atau infeksi, dimana semua fungsi ini sebelumnya silakukan oleh placenta.

        Periode adaptasi terhadap kehidupan diluar rahim disebut periode transisi. Periode ini dapat berlangsung hingga 1 bulan atau lebih setelah kelahiran untuk beberapa sistem tubuh bayi. Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi adalah pada system pernafasan dan sirkulasi, system termoregulasi, dan dalam kemampuan mengambil dan menggunakan glukosa (PUSDIKNAKES, 2003, hal.3).

Sebagai akibat perubahan lingkungan dalam uterus keluar uterus, maka bayi menerima beberapa rangsangan yang bersifat kimiawi, mekanik, dan termik. Hasil perangsangan ini membuat bayi akan mengalami perubahan metabolik, pernafasan, sirkulasi, dan lain-lain (Prawirodihardjo, 2002, hal.219).

A. Perubahan Metabolik

        Pada akhir persalinan terjadi pengurangan oksigen dan pertambahan karbondioksida yang dapat mengakibatkan asidosis respiratorik. Bayi normal dapat mengatasi keadaan ini.

B.     Perubahan Sistem Pernafasan

        Pernafasan pertama pada bayi terjadi normal dalam waktu 30 detik sesudah kelahiran. Pernafasan ini timbul sebagai akibat aktivitas normal dari susunan syaraf pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan lainnya, seperti kemoreseptor karotid yang sangat peka terhadap kekurangan oksigen ; rangsangan hipoksemia, sentuhan dan perubahan suhu didalam uterus dan di luar uterus.

        Semua ini menyebabkan perangsangan pusat pernafasan dalam otak yang melanjutkan rangsangan tersebut untuk menggerakkan diafragma serta otot-otot pernafasan lainnya. Tekanan rongga dada bayi pada waktu melalui jalan lahir pervaginam mengakibatkan bahwa paru-paru yang pada janin normal cukup bulan mengandung 80 sampai 100 ml cairan, kehilangan 1/3 dari cairan ini. Sesudah bayi  lahir cairan yang hilang diganti dengan udara. Paru-paru berkembang, sehingga rongga dada kembali pada bentuk semula (Prawirodihardjo, 2002, hal.219).

1.      Perkembangan paru-paru

        Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari phaynx, yang bercabang dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus. Proses ini terus berlanjut setelah kelahiran hingga sekitar usia 8 tahun sampai jumlah bronkiolus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya bukti gerakan nafas sepanjang trimester kedua dan ketiga. Ketidakmatangan paru-paru terutama akan mengurangi peluang kelangsungan hidup bayi baru lahir sebelum usia kehamilam 24 minggu yang disebabkan oleh keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak mencukupi jumlah sulfaktan.

2.      Awal adanya nafas

  Ada dua faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi, yaitu :

§ Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak.

§ Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-paru selama persalinan yang merangsang masuknya udara kedalam paru-paru secara mekanis.

  Interaksi antara sistem pernafasan, kardiovaskular dan susunan syaraf pusat menimbulkan pernafasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan. Jadi sistem-sistem harus berfungsi secara normal.

3.      Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernafas

  Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :

·         Mengeluarkan cairan dalam paru-paru.

·         Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.

        Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan yang cukup dan aliran darah ke paru-paru. Surfaktan ini mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernafasan.

        Tanpa surfaktan, alveoli akan kolaps setiap saat setelah akhir setiap pernafasan, yang mengakibatkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan energi ini memerlukan pengguna lebih banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini dapat menyebabkan stress pada byi yang sebelumnya sudah terganggu.



4.      Dari cairan menuju udara

        Bayi cukup bulan mempunyai cairan didalam paru-parunya. Saat bayi melalui jalan lahir selama persalinan, sekitar 1/3 cairan ini diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang dilahirkan melalui secsio sesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada ini dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa tarikan nafas pertama udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus bayi baru lahir. Dengan sisa cairan didalam paru-paru dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah. Semua alveolus paru-paru akan berkembang terisi udara sesuai dengan perjalanan waktu.

5.      Fungsi sistem pernafasan dalam kaitannya dengan fungsi kardiovaskular

        Oksigenasi yang memadai faktor yang sangat penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan menghilangkan cairan paru-paru. Peningkatan aliran darah ke paru-paru akan mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim (PUSDIKNAKES, 2003, hal.4-5).

C.     Perubahan Sistem Sirkulasi

        Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru, untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk mengadakan sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar rahim, harus terjadi 2 perubahan, yaitu :

§  penutupan foramen ovale pada atrium jantung

§  penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta (PUSDIKNAKES, 2003, hal.7)

        Dengan berkembangnya paru-paru, tekanan oksigen didalam alveoli meningkat. Sebaliknya, tekanan karbondioksida turun. Hal-hal tersebut mengakibatkan turunnya resistensi pembuluh-pembuluh darah paru-paru, sehingga aliran darah ke alat tersebut meningkat. Ini menyebabkan darah dari arteria pulmonalis mengalir ke paru-paru dan duktus arteriosus menutup.

Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh darah, yaitu :

§  Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium kanan menurun. Tekanan atrium kanan menurunkarena berkurangnya aliran darah keatrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir keparu-paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang.

§  Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru dan meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernafasan pertama ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya sistem pembuluh darah paru-paru (menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru). Peningkatan sirkulasi keparu-paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan.dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan tekanan pada atrium kiri, foramen ovale secara fungsional akan menutup (PUSDIKNAKES, 2003, hal.7)

Sirkulasi janin sekarang berubah menjadi sirkulasi bayi yang hidup diluar badan ibu.

D.    Perubahan Lain

  Bayi baru lahir segra mengadakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam tubuhnya, yaitu :

1. Pengaturan suhu

        Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga akan mengalami stres dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan. Pada saat bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi tersebut kemudian masuk kedalam lingkungan ruang bersalin yang jauh lebih dingin. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, sehingga mendinginkan darah bayi.

        Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan lemak coklat terdapat diseluruh tubuh, dan mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%.  Untuk membakar lemak coklat, seorang bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah panas menjadi lemak. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh bayi baru lahir dan cadangan lemak coklat iniakan habis dalam waktu singkat dengan adanya stres dingin. Semakin lama usia kehamilan semakin banyak persediaan lemak bayi.

2. Metabolisme glukosa

        Untuk memfungsikan otak, memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir glukosa darah akan trun dalam waktu cepat (1-2 jam).

Koreksi penurunan gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu :

a.       Melalui penggunaan ASI (bayi baru lahir sehat harus didorong untuk menyusu ASI secepat mungkin setelah lahir).

b.      Melalui cadangan glikogen (glikogenolisis)

c.       Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak (glukoneogenesis).

        Bayi baru lahir yang tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah yang cukup akan membuat glukosa dari glikogen atau glikogenolisis. Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup. Seorang bayi yang sehat akan menyimpan glukosa sebagai glikogen, terutama dalam hati, selama bulan-bulan terakhir kehidupan dalam rahim.

        Seorang bayi yang mengalami hipotermia pada saat lahir yang mengakibatkan hipoksia akan menggunakan persediaan glikogen dalam jam pertama kelahiran. Inilah sebabnya mengapa sangat penting menjaga semua bayi dalam keadaan hangat. Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai hingga 3 sampai 4 jam pertama pada bayi yang cukup bulan dan sehat. Jika semua persediaan digunakan pada jam pertama maka otak bayi dalam keadaan beresiko. Bayi baru lahir kurang bulan, lewat bulan, hambatan pertumbuhan dalam lahir dan distres janin merupakan resiko utama, karena simpanan energi berkurang atau digunakan sebelum lahir (PUSDIKNAKES, 2003, hal.9).

3.  Perubahan sistem gastrointestinal

        Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan. Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk pada saat lahir.

        Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan ”gumoh” pada bayi baru lahir dan neonatus. Kapasitas lambung sendiri sangat terbatas, kurang dari 30 cc untuk seorang bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir. Pengaturan makan yang sering oleh bayi sendiri penting.

Usus bayi belum matang, sehingga tidak mampu melindungi dirinya sendiri sehingga tidak mampu melindungi dirinya sendiri dari zat-zat berbahaya. Pada bayi baru lahir kurang efisien dalam mempertahankan air dibanding orang dewasa, sehingga menyebabkan diare yang lebih serius pada neonatus (PUSDIKNAKES, 2003, hal. 10).

4.      Perubahan  kekebalan tubuh

        Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang didapat.

        Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan alami meliputi yaitu :

§  Perlindungan oleh kulit membran mukosa

§  Fungsi saringan saluran nafas

§  Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus

§  Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung

        Kekebalan alami juga disebabkan pada tingkat sel oleh sel darah yang membantu bayi baru lahir membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada bayi baru lahir sel-sel darah ini masih belum matang, artinya bayi baru lahir tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien.

        Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. Bayi baru lahir yang lahir dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan terhadap antigen asing masih belum bisa dilakukan sampai akhir kehidupan anak. Salah satu tugas utama selama masa bayi dan balita adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh (PUSDIKNAKES, 2003, hal.11)

BAB III

PENUTUP

A.  Kesimpulan

        Adapatasi bayi baru lahir (BBL) adalah penyesuaian diri individu (BBL) dari keadaan yang sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis.

        Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan interna (dalam kandungan Ibu) yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya. Periode adaptasi ini disebut sebagai periode transisi, yaitu dari kehidupan di dalam rahim ke kehidupan di luar rahim. Periode ini berlagsung sampai 1 bulan atau lebih. Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem pernafasan dan sirkulasi, sistem termoregulasi, dan dalam kemampuan mengambil serta menggunakan glukosa.

B. Saran

1. Setelah memahami tentang bayi baru lahir tentunya bisa dilakukan penerapan yang baik untuk dapat melakukan pemeriksaan yang spesifik pada bayi baru lahir sehingga dapat menetapkan diagnosis yang benar agar dapat dilakukan perawatan yang lebih intensif jika ditemukan adanya masalah.

2.  Semua tenaga kesehatan dapat bekerja sama untuk dapat memberikan perawatan yang benar terkait dengan bayi baru lahir.











DAFTAR PUSTAKA



http://ilmu-pasti-pengungkap-kebenaran.blogspot.com/2011/11/adaptasi-fisiologi-bbl-terhadap.html diakses pada tanggal 4 Desember 2011 pukul 21.27 WIB

http://www.now-whats.com/search/adaptasi-bayi-baru-lahir-terhadap-kehidupan-diluar-uterus diakses pada tanggal 4 Desember 2011 pukul 21.29 WIB